20 Desember 2020 by Viki Wulandari
Punya anak pertama itu rasanya tidak dapat digambarkan. Pokoknya luar biasa! Karena dengan adanya dia, saya merasa bukan menjadi saya yang dulu lagi. Seperti ikut terlahir pula menjadi seseorang yang baru ketika melahirkan dia. Bahkan keputusan-keputusanku pun, selalu melibatkannya meski dalam hal mengatur barisan mimpi mana dulu yang bisa digapai.
Harapan-harapan sebagai orang tua langsung membumbung tinggi sekali. Semua orang tua pasti mengharapkan semua hal terbaik bagi anaknya. Begitu saya tahu bahwa bayi yang ada di perut saya adalah perempuan, saya langsung membayangkan dia akan lebih cantik dari ibunya. Wong mamaknya aja secantik ini, apalagi anaknya, lebih advanced lah. Muehehehe
Baca juga Cerita Kondangan Melanggar Hukum
Sejak saat itu pula, saya membuat semacam ‘daftar mimpi’ untuknya. Daftar itu sebenarnya adalah harapan dan goals saya untuk Humaira. Sampai sekarang saya percaya bahwa tulisan tangan dengan pena dan kertas itu memang paling berkesan dalam, meski sekarang sudah canggih ada iPad dan Apple pencil.
Kemarin sore, menjelang ulang tahunnya yang ke-dua, saya membuka wish list yang pernah saya tulis untuk Humaira. Ketika membacanya, saya jadi malu sendiri. Setelah saya pandangi, rasa-rasanya kok daftar ini lebih pantas menjadi daftar harapan yang saya sendiri tidak bisa gapai lalu ingin saya jatuhkan beban itu kepada Humaira. Bisa-bisanya saya membuat daftar itu sementara saya sendiri tidak mampu mencapai titik itu.
Saya akui daftar itu memang berlebihan, tapi bukankah doa itu memang untuk sesuatu yang belum tergapai dan jauh tinggi di atas pencapaian kita sekarang ini? Apalagi ini untuk anak. Yakan? Setidaknya saya tidak salah-salah amat mengharapkan apa yang saya tulis di wish list itu.
Pada akhirnya saya memutuskan untuk menjadi orang tua yang sewajarnya. Sebagaimana orang tua itu fitrahnya adalah memberi, bukan menuntut. Tugas saya dan Buya adalah memfasilitasi apa yang dia akan capai di kehidupannya. Sebagai orang tua, tugas beratnya adalah fokus pada memberikan cinta. Cinta yang sebanyak-banyaknya kepada anak. Cinta orang tua kepada anak adalah cinta yang melawan prinsip ekonomi dan hitungan untung rugi. Cinta yang tidak mengenal angka dan kondisi. Kami mencintainya seperti lautan yang menerima segala macam air sungai yang mengalir padanya.
Baca juga Jadi Perempuan Mesti Cerdas (dan Cantik)
Betapa saya ingin selalu bersyukur dititipi anak seperti Humaira oleh Allah. Dia yang selalu setia menemani setiap tapak langkah saya menggapai mimpi. Sorot matanya ketika memandang saya adalah kekuatan terbesar untuk bisa menjalani satu per satu pencapaian dalam hidupku.
Terima kasih Humaira, telah membuat Ummi terlahir kembali menjadi orang yang tak lagi pernah sama dengan Ummi sebelum kamu ada. Terima kasih dua tahun ini telah membuat hidup Ummi dan Buya berwarna. Semoga selalu tercurah kebahagiaan dan keberkahan dalam hidupmu, Humairaku.
Tags : Humaira, DuaTahun,
BACA JUGA :
⟵ Lelaki Superpower | ⟶ |
---|
--Lihat Artikel Lainnya --
Saya ibu satu anak yang senang menuliskan kegiatan sehari-hari saya dan berharap orang lain mendapatkan kebaikan dan hikmah darinya. Saya juga menulis beberapa artikel mengenai perjalanan saya di beberapa tempat.
Website ini adalah tempat saya menuangkan ide dan pendapat tentang suatu hal. Saya juga menerima advertorial. Contoh yang pernah saya kerjakan bisa dilihat disini. Untuk sharing atau bussiness inquiries, bisa email saya di viki.woelandari@gmail.com. Happy reading!
![]() |
Kenapa Pilih Backpacker-an? |
![]() |
Kenapa Menikah Sebaiknya dengan Yang Selevel? |
![]() |
Menghormati Vagina |
![]() |
Ngomongin Otak Perempuan Wilayah Seks |
![]() |
Gymball Untuk Ibu Hamil |
![]() |
My First Capsule Hotel |